Perilaku Alam ibarat Orang Bijak


Saya tidak tahu harus menyebut postingan ini sebagai apa, Sinopsis, Resensi, atau Review sebuah buku. Sepertinya bukan salah satu dari ketiganya, saya kembalikan ke pembaca -itupun kalau ada yang sudi membaca ini- menyebutnya apa.

Postingan ini hanya ujung dari keresahan saya pribadi. Saya tidak tahu apakah ada yang lain diluar sana ada yang juga pernah merasakan, tapi sebelumnya, atau penyebab dari ditulisnya postingan ini adalah saya yang sempat merasa tidak memiliki keahlian apapun, atau tidak sebaik orang-orang dalam melakukan hal apapun (pekerjaan di kantor maupun pekerjaan rumah misalnya), dan saya yang sempat merasa tidak produktif sepanjang waktu, hanya memantau TL medsos atau menonton series atau film saat waktu luang misalnya, atau merasa kesepian sepanjang waktu.

Kemudian saya pikir kenapa tidak untuk mencoba tenggelam sekali lagi kembali ke dunia yang juga sempat pernah membuat saya tenggelam : Fisika. Jadi saya coba membaca lagi, bukan, bukan hal hal yang berat untuk dilakukan diwaktu luang pikir saya, jadi saya coba mulai membaca lagi buku-buku Pop Sains. Salah satunya berjudul : Tujuh Pelajaran Singkat Fisika dari penulis Carlo Rovelli. Buku ini hanya setebal 78 halaman, tapi menurut saya cukup kompresensif merangkum apa yang ilmu Fisika di abad 20-21 temukan tentang kita, tentang alam, tentang semesta yang kita tinggali.

Buku ini sebenarnya sudah ada di rak sejak beberapa bulan lalu, bahkan sudah satu tahun lalu. Tapi belum benar-benar saya selesaikan. Oke, jadi, singkatnya, saya hanya ingin menuliskan ulang kutipan-kutipan favorit saya di buku ini. Yang kemudian saya pikir lagi mungkin dengan menuliskannya disini akan bisa ‘dilihat’, dan sukar hilang, itu saja. Tapi tenang saja, kutipan-kutipan sama sekali bukan sesuatu yang berat, apalagi memuat persamaan fisika, tidak. Lebih dari itu, hanya semacam pelajaran berharga tentang kita dan alam.

Baiklah, seperti ini kutipan-kutipannya :

Perilaku Alam ibarat Orang Bijak 

"Anehnya, kedua teori (Relativitas Umum dan Mekanika Kuantum) bekerja sangat baik. Perilaku alam dihadapan kita ibarat orang tua bijak yang ditemui dua orang yang berselisih. sesudah mendengarkan orang pertama, si orang bijak berkata: “Anda benar.” Orang kedua ingin didengar juga. Orang bijak mendengarkan dia dan berkata : “Anda benar juga.” Istri orang bijak yang menguping dari kamar sebelah berteriak “Tapi mereka tidak bisa sama-sama benar!” Orang bijak berpikir lalu mengangguk sebelum menyimpulkan: “Dan kamu benar juga.” “

“Membuang” Waktu

Kita tak akan ke mana-mana dengan tak “membuang” waktu.

Satu Lagi Tabir Tersingkap

Sejak kita menemukan bahwa bui itu bulat dan berputar, kita telah mengerti bahwa realitas tidaklah sebagaimana yang kita lihat : tiap kali kita menyimak aspek barunya, terjadilah pengalaman amat emosional. Satu lagi tabir telah tersingkap.

Itulah Realitas

Teori Einstein menjabarkan dunia penuh warna dan luar biasa di mana alam semesta meledak, ruang runtuh menjadi lubang tanpa dasar, waktu melambat dekat planet, dan perluasan ruang antarbintang tanpa batas beriak dan berombak seperti permukaan laut. Dan semua itu bukanlah dongeng yang diceritakan orang gila yang melantur atau berhalusinasi akibat panasnya matahari. Itulah realitas.

Kekosongan Sejati

Kekosongan sejati, yang sepenuhnya tak berisi apa pun, itu tak ada. itulah dunia yang dijabarkan mekanika kuantum dan teori zarah. Mekanika kuantum mengajari kita bahwa dunia adalah gerombolan benda yang sinambung dan tak pernah diam, entitas-entitas yang terus mewujud dan lenyap. suatu dunia peristiwa, bukan dunia benda.

Cangkang Siput Besar

Relativitas umum telah mengajari kita bahwa ruang bukanlah kotak lembam melainkan sesuatu yang dinamis : seperti cangkang siput besar yang dapat bergerak, dimana kita menempel pada permukaannya- yang bisa dimampatkan dan dipelintir.

Yang tak Terlihat

“Yang tak terlihat jauh lebih luas daripada yang langsung terlihat”

Diri Kita

Dalam gambaran besar sains zaman sekarang, ada banyak hal yang tak kita pahami, dan salah satu yang paling sedikit kita pahami adalah diri kita sendiri.

“Kita”

“Kita”, manusia, pertama-tama adalah subjek yang melakakukan pengamatan atas dunia ini, bersama-sama membuatg foto realitas. Kita adalah simpul-simpul dalam jejaring pertukaran dimana kita dapat berbagi gambar, alat, informasi, dan pengetahuan, misalnya. Tapi kita juga bagian integral dunia yang kita persepsikan; kita bukan pengamat dari luar. Selagi pengetahuan kita tumbuh, kita telah belajar bahwa diri kita hanyalah bagian alam semesta, bagian yang kecil sekali.

Pojok Terpencil

Di dalam luasnya galaksi-galaksi dan berlimpahnya bintang-bintang, kita ada di pojok terpencil; ditengah beragamnya wujud yang membangun realitas, kita sekedar satu hiasan di tengah banyak sekali hiasan.

Petunjuk

Kita bukan hanya belajar, melainkan juga belajar pelan-pelan mengubah kerangka konsep dan menyesuaikannya dengan apa yang kita pelajari. Kita mengikuti petunjuk-petunjuk agar bisa mejabarkan dunia dengan lebih baik. Komunikasi antara diri kita dan dunia ini bukanlah hal yang membedakan kita dari segala yang lain di dunia. Nah, sebenarnya tak ada bagian diri kita yang bisa lepas dari hukum alam. yang membuat kita khusus sebagai manusia bukan menandakan pemisahan kita dari alam, melainkan bagian alam yang sama.

Epilog

Alam adalah rumah kita, dan di alamlah kita berada di rumah.

Dunia yang aneh, beraneka warna, dan mengherankan yang kita jelajahi -di mana ruang berbutir, waktu tak ada, dan benda tak berada di suatu tempat- bukan sesuatu yang menjauhkan kita dari diri kita yang sejati, karena itu hanyalah apa yang diungkap keingintahuan alami kita mengenai tempat tinggal kita. Mengenai hal-hal yang menyusun diri kita sendiri. Kita terbuat dari debu bintang seperti semua benda lain. Dan ketika terbenam penderitaan atau mengalami kebahagiaan, kita menjadi sekadar sesuatu yang tak bisa kita hindari : bagian dunia kita.

 

Sila tinggalkan jejak komentar teman-teman, saya tunggu. Terima kasih sudah sudi membaca tulisan ngalor ngidul di atas.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini