Antar Pekalongan sebagai Kota Kreatif Dunia
Dua Periode Basyir Ahmad Menggebrak
Puluhan bahkan ratusan penghargaan telah diraih Pemerintah Kota Pekalongan, dalam sepuluh tahun terakhir. Hal itu tak lepas dari peran Wali Kota Pekalongan HM Basyir Ahmad. Gebrakannya membuat banyak pihak salut, termasuk Unesco yang menjadikan Pekalongan sebagai Kota Kreatif Dunia.
SEJAK awal menjadi wali kota, Basyir Ahmad menyadari, Pekalongan memiliki banyak potensi andalan. Salah satunya batik. Karena itu, begitu dilantik menjadi Wali Kota Pekalongan pada 2005 silam, Basyir langsung melakukan gebrakan untuk mengangkat batik ke tingkat dunia.
Pertama kali yang dilakukan adalah mengadakan Pameran Batik pada 2007. ”Pameran itu menjadi tradisi hingga sekarang. Setiap tahun genap, diselenggarakan Pekan Batik Nusantara dan setiap tahun ganjil Pekan Batik Internasional,” katanya.
Bukan hanya itu, Museum Batik didirikan. Tempat ini mampu menampung berbagai batik nasional, baik batik-batik kuna dan batik-batik yang menyesuaikan zaman.
Tak hanya berhenti di sana. Mantan dokter yang memilih keluar dari PNS itu, juga membangun Kampoeng Batik Kauman dan Pesindon. Tempat ini dimanfaatkan wisatawan untuk menikmati batik-batik asli Kota Pesisiran ini.
Wali Kota dua periode itu juga membangun Kampoeng Canting Landungsari dan berbagai usaha lainnya.
”Itu semua dalam rangka melestarikan batik,” imbuh suami Balqis Diab ini.
Basyir menyadari, berbagai upaya itu tidak lepas dari ikhtiar untuk memajukan dan menyejahterakan warga.
”Kebetulan, sebagian besar warga Pekalongan mengandalkan batik. Dengan demikian, pemasaran batik juga merupakan hal uatam yang perlu dibangun,” katanya.
Langkah tersebut dilakukan untuk mendukung sentra batik yang sudah ada sebelumnya, seperti Pasar Grosir Setono dan Pasar Banjarsari.
Pertama di Indonesia
Upaya Basyir ternyata membuahkan hasil. Kota Pekalongan, menurutnya, menjadi kota pertama di Indonesia bahkan Asia Tenggara yang ditetapkan Unesco sebagai anggota jejaring Kota Kreatif, 1 Desember lalu.
Kota Pekalongan sejajar dengan 27 kota lain di dunia. Rinciannya, Benua Eropa 13 kota, Asia (9), Amerika (5), serta Afrika dan Australia masing-masing satu kota.
Pengakuan Unesco bahwa batik Indonesia merupakan warisan budaya, tidak lepas dari andil Basyir ketika tim Unesco mengecek batik di Pekalongan, 2009 silam.
Basyir telah mendorong pendidikan batik terus dikembangkan di Pekalongan sejak dari SD sampai perguruan tinggi. Sebut saja di SD dan SMP se-Pekalongan memberikan mata pelajaran batik. Demikian pula di tingkat SMA. Bahkan, ada SMK yang membuka jurusan batik. Hal sama dilakukan Politeknik Pusmanu dan Unikal yang juga membuka jurusan Teknik Batik.
”Itu sebagai usaha agar generasi mendatang tidak kesulitan akan SDM batik untuk pelestarian batik,” katanya.
Dengan menjadi Kota Kreatif Unesco, tugas Basyir justru tak berhenti. Dia harus mendorong pekalongan memenuhi kriteria Unesco, yakni kapastitas dan komitmen kota memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan atau misi utama jejaring Kota Kreatif.
Termasuk mendorong kota-kota berkomitmen untuk berkolaborasi dan kerja sama guna mempromosikan berbagai industri kreatif, saling berbagi dan memperkuat partisipasi, serta mengintegrasikan kreativitas dan budaya dalam pembangunan sosial dan ekonomi kota.
Pertahankan
Tugas lain Basyir di akhir masa kepemimpinannya adalah membuat Kota Pekalongan mampu mempertahankan gelar tersebut ke depan.
Karena itu, dia melalui akan menggandeng tiga perguruan tinggi untuk mendampingi Kota Pekalongan dalam mengembangkan kerajinan dan kesenian rakyat.
”Itu dilakukan agar predikat sebagai Kota Kreatif Unesco kategori craft and folk art tidak dicabut.
”Saya telah mengutus orang untuk pergi ke tiga tempat, yakni ke Sekolah Tinggi Pariwisata Trisaksi, IKJ, dan STSI untuk mendampingi Kota Pekalongan agar lebih kreatif di bidang kerajinan batik dan keseninan rakyat,” tandasnya.
Selain itu, di aberupaya agar Pemkot Pekalongan memperkuat IT. dengan demikian, jaringan pusat-pusat batik di Kota Pekalongan terintegrasi menjadi satu.
Selain itu menggelar berbagai kegiatan, seperti fashion show batik. Rencananya, fashion show diselenggarakan setiap tahun. ”Saya sudah mengundang perancang-perancang busana nasional untuk menggelar fashion show di Kota Pekalongan,” ujarnya.
Dia juga ingin Pekalongan mejadi pusat studi banding dengan membuat paket kunjungan yang disandingkan dengan promosi wisata kota.
”Kalau mau belajar, silakan. Namun jangan hanya sehari, minimal tiga hari. Peminat bisa mengunjungi pasar batik, membeli beragam produk masyarakat Kota Pekalongan. Nantinya, kami akan menularkan bagaimana bisa menjadi Kota Kreatif,” paparnya.
Ya, meski di akhir masa jabatannya, Basyir terus melakukan gebrakan demi kemajuan Kota Pekalongan dan menyejahterakan warganya. (Trias Purwadi, Isnawati – 61)
Komentar
Posting Komentar